Bahasa Jawa Halus– Penggunaan bahasa pada tiap negara diperlukan sebagai sarana komunikasi antar manusia. Namun kegunaan bahasa daerah biasanya dipakai untuk daerah tertentu saja.
Contohnya bahasa Jawa untuk orang Jawa atau orang yang memang tinggal di daerah Jawa. Kini bahasa daerah Jawa tak hanya diperuntukan untuk hal-hal tersebut saja.
Sebab, kini bahasa daerah dari tanah Jawa ini sudah mendunia. Hal ini mungkin terjadi, banyak hal yang mempengaruhi hingga bahasa tersebut dikenal dunia.
Sebut saja Bandara Dubai, Bandara bersekala Internasional ini memakai bahasa daerah Jawa sebagai salah satu bahasa pengantar informasi kepada para penumpang di Bandara.
Keunikan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa Halus
1. Hierarki Bahasa Sunda
Dalam penggunaan intonasi dan kosakata orang Jawa akan menyesuaikan penggunaan dengan lawan bicaranya. Biasanya sebelum berbicara mereka akan lihat dahulu dengan siapa mereka bicara.
Sebab bahasa ini memiliki tingkatan, ada yang kasar atau ngoko sampai yang paling halus atau kromo inggil.
Adapun tingkatan Ngoko ini biasa diucapkan pada lawan bicara Anda lebih muda atau bisa dilihat dari kelas sosialnya lebih rendah. Ngoko pun bahkan mempunyai versi yang paling kasar untuk perbendaharaan untuk kata tertentu.
Sedangkan, kromo inggil ialah tataran atau tingkatan bahasa daerah Jawa yang paling halus untuk digunakan saat Anda berbicara dengan yang lebih tua.
Penuturan kromo inggil disertai dengan perangai yang memperlihatkan rasa hormat misal tangan ngapu rancang atau terkepal dan kepala agak menunduk.
Gambaran pada perbedaan bahasa itu bisa Anda lihat pada kata makan. Untuk penggunaan ngoko, makan adalah mangan, adapun yang lebih kasarnya ialah nguntal.
Sedangkan untuk kata makan dalam kromo ialah nedha. Dan untuk kromo inggil yang luar biasa halus, makan disebut dahar. Tingkatan ini digunakan berdasarkan orang yang diajak bicara.
Baca juga : Bahasa Belanda
2. 10 Bahasa yang Paling Banyak Dipakai di Dunia
Semenjak Indonesia dijajah orang Jawa sudah menduduki populasi terbanyak. Hal ini dimanfaatkan oleh kolonial Belanda untuk meluaskan jankauan kekuasaannya.
Pada akhir abad ke 19 Pemerintah Belanda membuat kontrak kerja dan mengirim orang Jawa ke berbagai tempat. Namun mereka tidak pulang dan memilih untuk menetap di sana.
Salah satu sukun terbesar di Indonesia adalah Orang Jawa. Berdasarkan Data BPS pada tahun 2010 memperlihatkan kalau persentasi populasi orang Jawa sekitar 40% dari total semua penduduk Indonesia atau sampai 95,2 juta jiwa.
Hal ini belum termasuk orang Jawa yang tinggal di luar negeri. Mereka tersebar di Brdi Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, hingga Belanda. Ini pula sebabnya Bahasa Jawa tercantum sebagai 1 di antara 10 bahasa yang paling sering digunakan di dunia.
Baca juga : Bahasa Batak
3. Punya Logat Beragam
Bahasa Jawa memiliki banyak sekali dialek, mulai Bahasa daerah Yogyakarta, Jawa Timuran, Surakarta, sampai ratusan lainnya yang berada di Jawa Tengah dan Timur. Di Jawa Tengah umumnya saja contohnya, terdapat dialek Jawa Timur, Banyumas, dan Surakarta.
Adapun subdialeknya yakni subdialek Yogyakarta, Purwokerto, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang, Rembang, Surakarta (Solo), Cirebon, Madiun, Surabaya, dan Banyuwangi.
Sedangkan dalam dokumen Balai Bahasa untuk Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 dengan nama Peta Bahasa di Jawa Tengah, bahasa daerah Jawa di Jawa Tengah terbagi jadi lima dialek, yaitu logat Wonosobo, Banyumas, Semarang, Pekalongan, dan Tegal yang mencakup Kabupaten Brebes dan Tegal. Ini belum terhitung logat dari daerah Jawa Timur dan Cirebon.
Apakah Anda sudah mulai mengerti atau justru Anda bingung prihal dialek ini? Banyaknya bahasa yang membuat Indonesia kaya akan bahasa, tentu akan membingungkan sebab mengingat bahasa beserta dialek tiap daerah itu beragam.
Baca juga : Bahasa Banjar
4. Penutur Jawa Menggunakan Trilingual
Kultur yang dimiliki orang Jawa melekat dengan kuat. Bahasa daerah Jawa telah menjadi bahasa ibu yang diucapkan saat di luar rumah atau bertemu masyarakat dan di dalam rumah.
Tapi ketika cakupan wilayah pergaulannya makin meluas, orang Jawa pastinya akan memakai Bahasa Indonesia.
Bagi Orang Jawa yang ingin menambah pengetahuannya, mereka akan mempelajari Bahasa Inggris. Karenanya, banyak ditemui orang Jawa menjadi trilingual dengan otak dimasukkan kosakata serta tata bahasa dari tiga bahasa di mana strukturnya satu dan lainnya sangat berbeda.
Dari hasil sebuah penelitian ditemukan kalau orang Jawa yang trilingual terbukti bahwa orang Indonesia merupakan jumlah penutur tiga bahasa terbanyak. Orang Indonesia yang memiliki kemampuan atau fasih menggunakan bahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris sampai 17,64 % dari trilingual lain di dunia.
Baca juga : Bahasa Bali
5. Aksara Jawa
Aksara Jawa erat kaitannya dengan Bahasa daerah Jawa. Sebelum huruf latin datang, huruf Jawa seperti HaNaCaRaKa sudah lama dipakai sebagai penulisan. Pada dasarnya Aksara Jawa mempunyai 20 suku kata dan juga angka Jawa, tanda baca, dan aksara suara.
Aksara tersebut adalah bentuk perubahan huruf Pallawa pada simbol penulisan Bahasa Sanskerta yang lahir pada Dinasti Syailendra.Tapi sebenarnya Bahasa Jawa tak hanya ditulis di aksara Jawa. Bahasa daerah Jawa pun bisa ditulis dengan huruf Arab. Hal ini dikarenakan adanya proses asimilasi budaya yang dibangun santri Jawa pada abad ke 18.
Sampai kini aksara Jawa masih terus dipelajari di beberapa wilayah penutur pada kurikulum sekolah. Pemerintah daerah pun menegakkan penulisan aksara Jawa di penanda jalan ataupu di papan nama kantor pemerintahan.
Baca juga : Bahasa Manado
6. Memiliki Banyak Turunan Kata
Setiap perbendaharaan kata yang ada dalam struktur bahasa umumnya terbentuk tak hanya untuk menjabarkan proses yang diperoleh dari penglihatan, namun tentang rasa juga.
Begitupun Bahasa Jawa. Paling terlihat pada kata jatuh. Dalam bahasa daerah Jawa, jatuh ini mempunyai banyak bentuk, hal ini tergantung pada proses jatuh dan rasa sakit yang diperoleh.
Jika Anda Jatuh terlempar dengan posisi badan terpental itu disebut njungkel. Bila jatuh ke belakang disebut nggeblak sebab biasanya akan berbunyi blak!. Jatuh pada saat terpeleset dan posisi badan dalam kondisi meluncur disebut ndlosor.
Dan masih banyak lagi kata lain hanya untuk menyebut kata jatuh, yaitu nggasruk, ngglangsar, kejengkang, dan lainnya.
Ada juga kata lain yang terdapat banyak turunan seperti sakit perut. Dalam Bahasa daerah Jawa, bila sakit perut karena maag misalnya sering disebut mlilit. Hak ini beda jika sakit perut karena diare atau begah disebut mules.
7. Diakui Google
Bahasa daetah Jawa juga masuk ke dalam Google Translate atau penerjemah tahun 2013 bersamaan dengan lebih dari 100 bahasa yang lain.
Adanya fitur tersebut, Anda bisa langsung mengartikan atau menerjemahkan Bahasa daerah Jawa tak hanya ke dalam Bahasa Inggris saja, bahkan ke Bahasa negara lain yang menggunakan bahasa penduduk asli seperto Selandia Baru.
Kesuksesan bahasa daerah seperti bahasa Jawa ini, tentu saja tak lepas dari orang Indonesia, khususnya orang Jawa yang melestarikan bahasa tersebut.
Tentu hal ini patut dibanggakan sebagai bahasa daerah Indonesia. Kita harus terus melestarikan dan menganggapnya sebagai warisan budaya yang akan terus ada.
Bahasa Indonesia = Jawa Ngoko = Jawa Krama Inggil
Abadi = Langgeng
Ada = Onok = Wonten
Air = Banyu = Toya
Akan = Arep = Badhe = Ajeng
Anak = Lare/Putra = Putro
Apa = Opo = Menopo
Apa Kabar = Piyekabare = Pripun/Kadospundi
Atas = Nduwur = Nginggil
Ayah = Rama = Romo
Bagaimana = Piye = Kadhospundi
Bahagia = Seneng = Rahayu
Baik = Apik = Sae
Banyak = Akeh = Kathah
Barangkali = Menowo = Menawi
Baru = Anyar = Enggal
Bawah = Ngisor = Ngandhap
Beli = Tuku = Tumbas
Belum = Durung = Dereng
Berapa = Piro = Pinten
Beras = Uwhos
Berhenti = Mangdheg = Kendhel
Berjalan = Mlaku = Mlampah/Tindak
Besar = Gedhe = Ageng
Besok = Sesuk = Mbenjang
Betul = Bener = Leres
Bicara = Omong = Ngendika/Ngendiko
Bilang = Ngomong = Dawuh
Bisa = Iso = Saget
Cantik/Indah = Apik = Endah
Cinta = Seneng = Tresna/Tresno
Dari = Seko = Saking
Datang = Teko = Rawuh
Dekat = Cedak = Cerak
Dengar = Krungu = Miereng
Dia = Deweke = Piyambakipun
Dijenguk = Diendangi = Disambangi
Dimana = Ngendhi = Wonten Pundhi
Dingin = Adem = Asrep
Dipanggil = Dicelok = Ditimbali
Disini = Nangkene = Wontenmriki
Dua = Loro = Kalih
Duduk = Lungguh = Lenggah/Pinarak
Empat = Papat = Sekawan
Enak = Eco = Skeco
Hari Ini = Saiki = Sakmeniko
Ibu = Ibu = Ibu
Ini = Iki = Meniko
Itu = Kui = Niku
Jalan = Dalan = Mergi
Jangan = Ojo = Ampun
Jauh = Adoh = Tebeh
Jelek = Elek = Kirangsae
Kalau/Jika = Menowo = Menawi
Kamar Kecil = (Kamar) Mburi = (Kamar) Wingking
Kami = Awakedhewe = Kito
Kamu = Kowe = Panjenengan
Kanan = Tengen = Tengen
Kapan = Kapan = Kapan
Karena = Sebabe/Mergo = Amargi
Kasi = Wenehi = Paringi
Ke = Dateng = Dateng
Kecil = Cilik = Alit
Kemarin = Wingi = Kolowingi
Kira-Kira = Kiro-Kiro = Kinten-Kinten
Kiri = Kiwo = Kiwo
Laki-Laki = Lanang = Kakong
Lapar = Ngelih = Luwe
Lebih = Luwih = Langkung
Lihat = Ndelok = Mrisani
Lima = Limo = Gangsal
Maaf = Ngapunten = Ngapura/Ngapuro
Mahal = Larang = Awis
Makan = Mangan = Dahar/Nedo
Malam = Bengi = Dalu/Ndalu
Mau = Gelem = Kersa
Membuat = Nggawe = Nadamel/Damel
Mengapa = Ngopo = Kadhosmenopo
Mengerti = Ngerti = Ngertos
Meninggal = Mati = Sedho
Minum = Ngombe = Ngunjuk
Murah = Merah = Mirah
Nama = Jeneng/Asma = Asmo
Ngaji = Ngaos
Orang = Uwong = Tiyang/Piyantun
Pagi = Esuk = Enjing-Injing
Panas = Benther = Benther
Panjang = Dowo = Panjang
Pendek = Cendek = Cendak
Perempuan = Wedhok/Wadhon = Estri
Pergi = Lungo = Tindhak
Pijat = Pijet = Grendha
Pikir = Pikir = Penggalih
Potong = Tugel = Potong
Punya = Duwe = Kagungan
Sakit = Lara = Gerah
Sama = Podho = Sami
Sangat/Sekali = Banget = Sanget
Satu = Siji = Setunggal
Sawah = Sawah = Saben
Saya = Kulo = Dalem
Sedikit = Sithik = Sakedhik
Sekarang = Saiki = Sakmeniko
Selamat Jalan = Segeng Tindak = Sugeng Tindak
Semua = Kabeh = Sedanten/Sedaya
Sepuluh = Sedasa = Sedoso
Seratus = Satus = Setunggalatus
Seribu = Sewu = Setunggalewu
Siang = Awan = Siang
Siapa = Sopo = Sinten
Silahkan = Monggo = Monggopunaturi
Suka = Seneng = Remen
Sulit = Angel
Tahu = Ngerti = Ngertos
Tangan = Tangan = Astho
Terima Kasih = Muwun = Maturnuwun
Tetapi = Mergane = Amargi
Tidak = Ora = Mboten
Tiga = Telu = Tigo
Tua = Tuwo = Sepuh
Uang = Duwit = Artho
Ya = Yoh = Inggih/Injih
Yang Mana = Singendhi = Ingkangpundhi
Bahasa Jawa Halus



Bahasa Jawa Halus
Bahasa Indonesia | Bahasa Jawa Halus |
Ada | Wonten |
Baik | Sae |
Banyak | Kathah |
Beli | Tumbas |
Beli | Tumbas |
Belum | Dereng |
Berhenti | Kendhel |
Berhenti | Kendhel |
Besar | Ageng |
Betul | Leres |
Bicara | Ngendika/Ngendiko |
Bilang | Dawuh |
Bisa | Saget |
Cantik atau indah | Endah |
Cinta | Tresna atau tresno |
Datang | Rawuh |
Dekat | Cerak |
Dekat | Cerak |
Dengar | Miereng |
Di sini | Wontenmriki |
Duduk | Lenggah atau pinarak |
Duduk | Lenggah atau pinarak |
Jangan | Ampun |
Jauh | Tebeh |
Jauh | Tebeh |
Jelek | Kirangsae |
Kanan | Tengen |
Kanan | Tengen |
Karena | Amargi |
Kasih | Paringi |
Kecil | Alit |
Kiri | Kiwo |
Kiri | Kiwo |
Lihat | Mrisani |
Makan | Dahar atau nedo |
Mau | Kersa |
Membuat | Nadamel atau damel |
Membuat | Nadamel atau damel |
Mengerti | Ngertos |
Minum | Ngunjuk |
Pergi | Tindhak |
Pikir | Penggalih |
Pikir | Penggalih |
Punya | Kagungan |
Sama | Sami |
Sedikit | Sakedhik |
Selamat jalan | Sugeng tindak |
Suka | Remen |
Tetapi | Amargi |